Koo Copy

Koo Copy

edukasi

Tips Investasi Saham agar Bisa Jadi Tabungan Pendidikan Anak

Tips Investasi Saham agar Bisa Jadi Tabungan Pendidikan Anak

Tips Investasi Saham agar Bisa Jadi Tabungan Pendidikan Anak  – Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.

 Bagi kamu yang telah berkeluarga maupun yang sudah memiliki anak, penting menyiapkan dana pendidikan untuk mereka. Sumber pembiayaannya bermacam-macam, bisa lewat tabungan maupun asuransi.

Lalu bagaimana dengan investasi? Bisa banget. Investasi merupakan salah satu cara yang tepat untuk mempersiapkan dana pendidikan anak. Investasi di properti hingga emas mungkin sudah biasa. Tapi bagaimana bila berinvestasi di saham untuk biaya pendidikan anak? Opsi satu ini masih jarang dilakukan. Memangnya bisa? Jawabannya  idn apk versi lama bisa banget. Saham merupakan instrumen investasi dengan imbal hasil yang tinggi. Berinvestasi lewat saham tentu bisa membantu kita mengumpulkan dana untuk merealisasikan tujuan jangka panjang.

1. Jangan gunakan dana pendidikan yang sudah ada untuk membeli saham

Nah, untuk berinvestasi di saham, jangan sesekali kamu menggunakan dana yang sudah ada dan telah kamu siapkan sebagai biaya pendidikan anak untuk membeli saham.

Jika hal ini terjadi, kamu sama saja dengan menggunakan uang panas untuk berinvestasi. Sebaliknya, berinvestasilah untuk mengumpulkan atau menambah dana pendidikan anak.

Dana pendidikan yang sudah ada, harus dimanfaatkan untuk segala kebutuhan akademis anakmu, baik itu membayar SPP, membeli buku, seragam, membayar uang gedung, SKS, dan lainnya, bukan untuk investasi atau trading.

Jika memang kamu tidak memiliki dana menganggur, anggarkan saja dana sebesar minimal 10 persen dari penghasilan per bulan untuk membeli saham. Belilah saham dengan metode cost averaging secara rutin per bulan.

2. Hasil dari investasi saham bisa digunakan untuk dana pendidikan anak di jenjang tinggi

Bila kamu memiliki anak yang masih duduk di bangku kelas 3 SD, tidak ada salahnya membeli saham untuk modal biaya pendidikannya di jenjang sekolah menengah atas atau S1. Hal itu disebabkan karena investasi yang kamu lakukan memiliki target di jangka panjang.

Anggap saja, di 22 Januari 2010 saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dibanderol di harga Rp4.825 per lembar. Tapi pada tanggal 29 Januari 2021 harganya sudah mencapai Rp33.800. Mereka yang membelinya 11 tahun yang lalu tentu mendapat keuntungan sebesar 600 persen.

Selama saham yang kamu beli adalah saham perusahaan dengan profitabilitas tinggi, keuangan sehat, dan prospek bisnis yang menjanjikan, maka harga saham dari perusahaan itu akan terus tumbuh, meski terjadi volatilitas dalam jangka waktu pendek

3. Jangan membeli saham untuk dijual dalam jangka pendek

Anggap saja, kamu memiliki seorang anak yang akan masuk SD, SMP, SMA atau mendaftar kuliah dalam satu atau dua tahun ke depan. Itu artinya, kamu akan membayar biaya pendaftaran sekolah dan biaya lainnya dalam jangka waktu pendek.

Membeli saham untuk memenuhi tujuan finansial jangka pendek bisa saja dilakukan, namun hal ini “sangat berisiko.”

Transaksi di bursa sejatinya tidak jauh berbeda dengan transaksi di pasar. Hukum ekonomi berlaku dalam perdagangan tersebut, ketika suatu saham diborong banyak investor maka harganya akan meningkat, begitu pun sebaliknya.

Fluktuasi saham dalam jangka waktu satu atau dua tahun memang sangat tinggi. Bisa saja, karena sentimen buruk yang muncul dalam jangka waktu pendek yang mempengaruhi tingkat imbal hasil kita.

Alangkah baiknya untuk memilih instrumen rendah risiko. Sebut saja seperti deposito, surat berharga negara, atau reksa dana pasar uang.

4. Pahami risiko investasi saham

Poin terakhir ini penting! Investasi saham memiliki risiko tinggi dan tidak bisa dilakukan dengan cara asal-asalan. Membeli saham sama halnya dengan membeli sebuah perusahaan. Meski kepemilikan kamu tidak banyak, kamu sudah membeli sebuah “bisnis”. Berinvestasi dengan membeli bisnis tentu saja membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Pahamilah analisis fundamental yang baik sebelum Anda membeli saham untuk berinvestasi. Kenalilah rasio-rasio yang menunjukkan profitabilitas, kesehatan keuangan, dan valuasi sebuah perusahaan, bandingkan pula kinerja dari perusahaan dengan kompetitornya.

Hindari melakukan pembelian saham hanya karena rumor atau mengikuti ajakan-ajakan teman atau tokoh-tokoh publik semata.