Koo Copy

Koo Copy

regional

Menlu AS Serukan Penarikan Pasukan Regional di Tigray

Menlu AS Serukan Penarikan Pasukan Regional di Tigray

Menlu AS Serukan Penarikan Pasukan Regional di Tigray – Region Tigray merupakan sebuah region di Ethiopia yang memiliki luas wilayah 50.078 km² dan populasi 4.334.996 jiwa. Ibu kotanya ialah Mek’ele. Region yang dulu dikenal sebagai Region 1 ini terletak paling utara di antara 9 Region lainnya di Ethiopia.

Tigray berbatasan dengan Negara Eritrea (merdeka 1993) di Utara, Sudan di Barat, Region Afar di Timur dan Region Amhara di selatan. Daerah terkenal di region ini antara lain Mek’ele, Abiy Addi, Adigrat, Adwa, Aksum, Humera, Inda Selassie, Korem, Alamata, Maychew, Wukro, Kuha dan  Zalambessa,  serta desa sejarah yang menarik Yeha

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, menyerukan penarikan pasukan regional Eritrea dan Ethiopia dari wilayah situs poker pulsa Tigray pada hari Sabtu, 27 Februari 2021, waktu setempat. Alasannya, karena telah mendengar laporan terjadi pelanggaran HAM di wilayah Tigray, Ethiopia. Bagaimana awal ceritanya?

1. Pemerintah Amerika Serikat menilai pasukan regional harus bertanggung jawab atas peristiwa ini

Menlu AS Serukan Penarikan Pasukan Regional di Tigray

Dilansir dari CNN, seruannya datang sehari setelah investigasi dari Amnesty International atas pembantaian warga sipil dalam dua serangan terpisah di wilayah Tigray bagian utara pada akhir tahun 2020 lalu. Ribuan warga sipil diyakini telah tewas sejak Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, melancarkan operasi militer terhadap para pemimpin di wilayah Tigray. Ada laporan sebelumnya bahwa tentara dari Eritrea, negara tetangga Ethiopia, telah melakukan banyak pembunuhan di luar hukum, penyerangan, serta pelanggaran HAM di wilayah Tigray.

Blinken mengatakan pemerintah Amerika Serikat sangat prihatin dengan laporan kekejaman dan situasi yang secara memburuk secara keseluruhan di wilayah Tigray, Ethiopia. Ia juga menambahkan pihaknya mengutuk keras pembunuhan, pemindahan paksa, pelecehan seksual, serta pelanggaran HAM yang sangat serius dan pelanggaran oleh beberapa pihak yang telah dilaporkan banyak organisasi di Tigray. Dia menambahkan bahwa mereka yang bertanggungjawab atas permasalahan ini.

Seorang saksi mata mengatakan bahwa sekelompok tentara Eritrea menembaki di sekitar Gereja Maryam Dengelat di Desa Dengelat, Tigray Timur, pada tanggal 30 November 2020 lalu ketika ratusan jemaat sedang mengikuti misa. Saat itu, puluhan orang tewas selama 3 hari kekacauan, dengan tentara membantai penduduk lokal, orang terlantar, serta para peziarah.

2. Blinken juga mengakui komitmen dari Perdana Menteri Ethiopia untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan

Menlu AS Serukan Penarikan Pasukan Regional di Tigray

Blinken mengakui komitmen Perdana Menteri Ethiopia untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut serta menambahkan komunitas internasional perlu bekerja secara kolektif untuk memastikan bahwa komitmen ini terwujud. Penarikan segera para pasukan Eritrea dan pasukan regional Amhara dari Tigray merupakan langkah penting pertama, yang mengacu pada pasukan dari negara bagian Amhara di Ethiopia.

Blinken menilai mereka harus disertai dengan deklarasi penghentian permusuhan sepihak oleh semua pihak dalam konflik dan komitmen untuk mengizinkan pengiriman bantuan tanpa hambatan kepada mereka di Tigray. Amerika Serikat berkomitmen untuk bekerja dengan komunitas internasional untuk mencapai tujuan ini dan bahwa Badan Pembangunan Nasional Amerika Serikat akan mengirim tim tanggap bantuan bencana ke Ethiopia. Pihak Amerika Serikat juga meminta mitra internasional, terutama Uni Afrika dan mitra regional, untuk bekerja sama dalam mengatasi krisis di Tigray, termasuk melalui tindakan di PBB dan badan terkait lainnya.

3. Sejak konflik di Tigray meletus beberapa bulan lalu, 2 juta warga Ethiopia terpaksa mengungsi

Menlu AS Serukan Penarikan Pasukan Regional di Tigray

Sejak konflik tersebut meletus sekitar 3 bulan yang lalu, hampir 2 juta warga Ethiopia terpaksa mengungsi dari wilayah Tigray dan sebagian besar dari mereka tiba di Sudan dengan kondisi luka-luka, sedangkan yang lainnya dalam kondisi patah tulang dan trauma mental yang parah. Mereka yang memilih untuk tetap tinggal di wilayah Tigray saat ini dalam kondisi kekurangan makanan, obat-obatan, dan air minum. Ethiopia juga menghadapi tuduhan pemblokiran bantuan kemanusian dan akan terjadi kelaparan massal menghantui wilayah tersebut.

Menurut Famine Early Warning Systems Network, yang dipimpin oleh pemerintah Amerika Serikat, beberapa bagian dari Tigray bagian tengah dan timur hanya tinggal selangkah lagi terjadi kelaparan massal, dengan kekhawatiran lebih dari 1 juta orang mati karena kelaparan jika bantuan itu tidak diberikan. Dalam pernyataan baru-baru ini, tiga partai oposisi Tigray mengatakan bahwa setidaknya 50 ribu warga sipil telah tewas dalam konflik tersebut sejak bulan November 2020 lalu. Badan bantuan dan jurnalis belum diizinkan mengakses wilayah tersebut untuk memverifikasi jumlah korban tewas.

Pihak otoritas Ethiopia bersikeras bantuan sedang dikirim dan hampir 1,5 juta orang Ethiopia telah dijangkau mendapatkan bantuan. Tetapi para ahli setempat merasa yakin salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah modern sedang terjadi di zona konflik.