Koo Copy

Koo Copy

Berita

AS Mengingatkan Hubungan Ukraina-Rusia yang Semakin Memburuk

AS Mengingatkan Hubungan Ukraina-Rusia yang Semakin Memburuk

AS Mengingatkan Hubungan Ukraina-Rusia yang Semakin Memburuk

AS Mengingatkan Hubungan Ukraina-Rusia yang Semakin Memburuk – Rusia dan Ukraina telah terlibat konflik sejak 2014 atau sejak pemimpin Kiev pro-Moskow digulingkan. Kali ini, kedua negara yang dulunya bagian dari Uni Soviet ini berada di ambang perang.

Amerika Serikat (AS), yang pro-Kiev, menuduh Moskow telah mengerahkan lebih dari 100.000 tentaranya di perbatasan Rusia dengan Ukraina dan di Crimea—wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia—dalam beberapa pekan terakhir.

Pentagon mengatakan Amerika Serikat (AS) menyiagakan 8.500 tentara jika NATO mengaktifkan Response Force sebagai tanggapan atas hubungan Ukraina-Rusia yang semakin memburuk. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, berusaha menenangkan ketakutan negara-negara Barat atas krisis Ukraina setelah bertemu Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

NATO juga menyiagakan militernya
Hubungan Rusia-Ukraina Memburuk, AS Siagakan 8.500 Tentara

NATO juga telah menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan mengirim kapal serta jet tempur untuk meningkatkan pertahanan di Ukraina. Hal itu merupakan respons negara-negara Barat atas keputusan Rusia menumpuk militernya di dekat perbatasan Ukraina.

Rusia disebut telah mengumpulkan sekitar 100 ribu tentara di dekat perbatasan, tuduhan yang dibantah oleh Kremlin. Di sisi lain, Moskow berulang kali menegaskan bahwa mereka memiliki kedaulatan untuk menempatkan pasukannya di mana saja, selama masih bagian dari Rusia.

Inggris dan AS telah mengimbau staf kedutaan non-esensial dan warga negaranya untuk segera meninggalkan Kyiv segera. Inggris bahkan telah mulai menarik staf kedutaannya.

NATO: Rusia akan sangat rugi jika menginvasi Ukraina
Hubungan Rusia-Ukraina Memburuk, AS Siagakan 8.500 Tentara

Sekjen NATO Jens Stoltenberg sempat bertemu dengan Presiden Joe Biden untuk membahas krisis Ukraina. Pada Senin malam, Stoltenber mengatakan kerugian yang akan diterima Rusia akan sangat berat karena AS, pemimpin Eropa, dan NATO telah bersatu demi mencegah aneksasi di Ukraina terulang kembali.

“Kami setuju bahwa setiap agresi lebih lanjut oleh Rusia terhadap Ukraina akan menimbulkan kerugian besar,” demikian cuit Stoltenberg di Twitter, usai mengadakan pertemuan virtual dengan Biden dan pemimpin Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Inggris, serta Uni Eropa.

Pada saat yang sama, Departemen Luar Negeri AS juga membahas krisis Ukraina dengan Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE), organisasi antar pemerintah yang mencakup puluhan negara Eropa dan Amerika Utara, termasuk Rusia.

“Mereka membahas upaya berkelanjutan untuk mendesak Rusia menempuh jalur diplomasi dan de-eskalasi untuk mengakhiri krisis ini secara damai,” kata Departemen Luar Negeri.

Sebelumnya, Blinken telah memastikan bahwa sanksi paling berat akan menjadi ‘senjata’ terakhir yang digunakan AS untuk menekan Rusia.

“Tujuan sanksi adalah mencegah agresi Rusia. Oleh sebab itu, jika diberikan sekarang, Anda kehilangan efek jera,” kata Blinken kepada CNN.

Invasi dapat memicu lonjakan pencari suaka di Eropa
Pengungsi Ukraina Mulai Kembali | DUNIA: Informasi terkini dari berbagai penjuru dunia | DW | 11.09.2014

Analis urusan global, Michael Bociurkiw, memperingatkan ancaman krisis kemanusiaan jika Rusia menginvasi Ukraina, salah satunya adalah melonjaknya pencari suaka di perbatasan Uni Eropa.

“Jika ada serangan besar, apakah itu di Kyiv atau Kharkiv atau bagian lain dari Ukraina, itu akan memicu migrasi besar-besaran pencari suaka,” kata Bociurkiw.

“Ukraina berbatasan dengan Uni Eropa, mereka (pencari suaka) dapat berjalan, mereka dapat mengemudi, dan mereka memiliki perjalanan bebas visa. Jadi ini adalah dampak yang akan dirasakan Barat dalam waktu dekat,” tambah dia.

Ini telah memicu ketakutan di Kiev dan Barat bahwa Kremlin dapat memulai perang baru dengan tetangganya. Awal bulan ini, seorang ahli militer terkemuka Ukraina mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Rusia dapat menyerang Ukraina pada awal Januari, melepaskan perang “singkat dan menang”.

Namun Rusia membantah sedang merencanakan invasi. Moskow mengatakan pihaknya berhak memindahkan pasukan ke mana pun di wilayahnya sendiri dan tindakannya bersifat defensif. Para pejabat Moskow, termasuk Presiden Vladimir Putin, telah memperingatkan NATO agar tidak melakukan ekspansi ke arah Eropa timur atau di dekat Rusia.

Apa yang sekarang disebut Ukraina, Rusia, dan negara tetangga; Belarusia, lahir di tepi Sungai Dnieper, hampir 1.200 tahun yang lalu di Kievan Rus, negara adidaya abad pertengahan yang mencakup sebagian besar Eropa Timur. Tetapi Rusia dan Ukraina berpisah secara linguistik, historis dan, yang paling penting, secara politik.