Koo Copy

Koo Copy

regional

Dukungan Keamanan AS Senilai 200 Juta Dolar AS Untuk Ukraina

Dukungan Keamanan AS Senilai 200 Juta Dolar AS Untuk Ukraina

Dukungan Keamanan AS Senilai 200 Juta Dolar AS Untuk Ukraina

Dukungan Keamanan AS Senilai 200 Juta Dolar AS Untuk Ukraina – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) merilis imbauan perjalanan terhadap warga AS untuk tidak bepergian ke Rusia. Imbauan perjalanan terbaru dari AS itu dirilis di tengah ketegangan yang memuncak di perbatasan Ukraina karena ancaman invasi oleh Rusia.

Seperti dilansir AFP, dalam imbauan perjalanan yang dirilis Departemen Luar Negeri AS pada waktu setempat, juga diperingatkan bahwa warga AS bisa menghadapi ‘pelecehan’ jika bepergian ke Rusia dan otoritas AS akan memiliki ‘kemampuan terbatas’ untuk membantu mereka. Pengiriman pertama paket dukungan keamanan Amerika Serikat (AS) senilai 200 juta dolar AS atau sekitar Rp2,8 triliun untuk Ukraina, telah tiba di Kyiv.

Pengiriman itu merupakan salah satu janji Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, saat berkunjung ke Ukraina. Saat ini, ketegangan terjadi antara Ukraina, yang didukung AS dan NATO, dengan Rusia. Koalisi Barat menuduh Moskow akan kembali menganeksasi Ukraina, karena menempatkan pasukan di perbatasan.

AS melindungi Ukraina dari agresi Rusia
Bantuan Keamanan Perdana AS Senilai Rp2,8 Triliun Tiba di Ukraina

Dilansir dari Al Jazeera, Menteri Pertahanan Ukraina berterima kasih atas bantuan yang diberikan Washington. Sementara, negara-negara Baltik seperti Estonia, Latvia, dan Lithuania akan mengirim rudal anti-tank dan anti-pesawat buatan AS ke Ukraina.

“Saya mempercepat dan mengizinkan, serta kami sepenuhnya mendukung transfer peralatan pertahanan Sekutu NATO Estonia, Latvia, Lithuania yang diberikan ke Ukraina untuk memperkuat kemampuannya mempertahankan diri agresi Rusia yang tidak beralasan dan tidak bertanggung jawab,” cuit Blinken.

“Kami salut kepada atas dukungan lama mereka ke Ukraina,” sambung dia.

Pertemuan AS-Rusia belum membuahkan hasil
Bantuan Keamanan Perdana AS Senilai Rp2,8 Triliun Tiba di Ukraina

Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, menyebut pengiriman bantuan tersebut bukan solusi untuk meredakan ketegangan.

Beberapa pekan lalu, delegasi AS dan Rusia telah bertemu untuk membahas ketegangan yang disebut-sebut dapat memicu perang di Eropa.

Namun, pertemuan itu tidak menghasilkan kesepakatan karena NATO menentang tuntutan Moskow, agar koalisi Barat menolak permintaan Ukraina bergabung dengan NATO dan menarik seluruh pasukan serta perangkat militernya.

Pertemuan antara Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Jumat lalu juga berakhir tanpa terobosan.

Negara-negara Baltik siap kirim bantuan militer ke Ukraina
Bantuan Keamanan Perdana AS Senilai Rp2,8 Triliun Tiba di Ukraina

Pada Jumat malam, para Menteri Pertahanan dari tiga negara Baltik juga menyatakan komitmennya untuk mendukung Ukraina. Bentuk konkret dari dukungan itu adalah Estonia yang akan mengirimkan senjata anti-tank Javelin, Latvia dan Lithuania akan mengirimkan rudal anti-pesawat dan perangkat militer lainnya.

“Hari ini Ukraina berada di garis depan memisahkan Eropa dari konflik militer dengan Rusia. Perang di Ukraina sedang berlangsung dan penting untuk mendukung Ukraina dengan segala cara yang kami bisa, sehingga mereka dapat melawan agresor,” kata Menteri Pertahanan Estonia, Kalle Laanet. Tapi, mereka tidak merinci kapan senjata tersebut akan dikirim ke Ukraina.

Otoritas AS juga memerintahkan keluarga para diplomatnya di Ukraina untuk meninggalkan negara tersebut di tengah ‘ancaman berkelanjutan’ dari invasi Rusia. Para staf non-esensial pada Kedutaan Besar AS di Kiev juga diizinkan pergi dari Ukraina secara ‘sukarela’.

Tidak hanya itu, setiap warga AS yang ada di Ukraina juga diimbau untuk ‘mempertimbangkan pergi sekarang’ dari negara tersebut. Ditambahkan Departemen Luar Negeri AS bahwa pihaknya tidak akan mengevakuasi warga AS di Ukraina setelah terjadi potensi serangan oleh Rusia.

Rusia berulang kali menyangkal rencana untuk menginvasi Ukraina, negara tetangganya. Namun mengajukan persyaratan untuk de-eskalasi dengan menuntut jaminan agar NATO tidak melakukan ekspansi ke Ukraina dan menarik aliansi itu dari kawasan Eropa Timur.